Metode yang Digunakan dalam Roleplay

Metode  roleplay  adalah salah satu metode yang digunakan dalam seni teater untuk melatih kepekaan calon pemeran terhadap stimulus dari luar secara spontan. Calon aktor mempelajari peran yang berbeda dimulai sejak lahir di lingkungan masyarakat. Misalnya harus belajar berbahasa, berperilaku dan bersosialisasi dengan penuh aturan yang ditetapkan masyarakatnya. Proses belajar berlangsung terus menerus sesuai dengan fase perkembangan. Proses ini bisa membuat seseorang menjadi mekanis seperti alat. Tujuan dari metode  roleplay adalah membuat seseorang tidak bersifat mekanis, tetapi lebih fleksibel dalam menghadapi masalah yang dihadapi.

Persiapan roleplay
Pada dasarnya seseorang dilahirkan dengan kemampuan
bereaksi terhadap stimulus dari luar secara spontan. Spontanitas
kadang sangat diperlukan dalam seni teater. Moreno menyatakan
sangat penting untuk belajar secara spontan dan kreatif. Spontanitas merupakan respon yang tepat untuk menghadapi situasi baru atau merupakan respon baru dan tepat untuk menghadapi situasi lama. Metode  roleplay  berfungsi sebagai media melatih hubungan antar pribadi (intrepersonal relationship) untuk menciptakan suasana spontanitas dan kreatifitas. Suasana ini akan terbentuk bila faktor penghambat dan tekanan dalam diri individu dihilangkan. Faktor penghambat ini bisa berupa aturan masyarakat, sopan santun dan etika yang berlaku. Seseorang akan belajar dengan baik bila mendapat kesempatan belajar dalam suasana yang bebas tanpa hambatan. Moreno berpendapat bahwa salah satu faktor penting yang menentukan dalam  roleplay  dan akan menghasilkan perubahan perilaku adalah pengurangan faktor hambatan. Hambatan yang biasa muncul adalah perasaan takut di kritik, takut dihukum, atau ditertawakan. Hambatan ini harus dihilangkan agar perubahan dapat terjadi. Dalam  roleplay  hambatan tersebut dihilangkan sehingga individu dapat mengadakan eksplorasi perilaku. Proses eksplorasi perilaku ini akan menimbulkan perasaan baru dan perasaan lama yang dihayati dalam konteks yang baru. Roleplay  menyediakan kondisi yang dapat menghilangkan rasa takut atau cemas, karena dalam  roleplayindividu dapat mengekspresikan dirinya secara bebas tanpa takut kena sanksi sosial terhadap perbuatannya.

Pelatihan  roleplaypada calon pemeran berfungsi untuk merubah pola perilaku dan pola pikir. Dalam kehidupan keseharian, manusia cenderung berperilaku kaku karena sudah terbentuk secara otomatis. Ketika menghadapi suatu masalah akan bereaksi secara mekanis, tanpa banyak memerlukan pikiran. Misalnya, cara memberi salam pada tamu, cara menyapa orang lain, cara menerima telepon atau cara makan dan minum. Perilaku tersebut dilakukan secara rutin dan kemungkinan hasilnya tidak memuaskan atau mengecewakan orang lain. Manusia akan tersadar bila mendapat masukan dan evaluasi dari manusia lain. Dalam  roleplay, individu akan menyadari bahwa perilaku mekanis tidak menyenangkan bagi yang lain dan bagi dirinya sendiri. Tahap kesadaran terhadap perilaku, merupakan tahap awal kearah perubahan perilaku atau sikap. Tahap ini ditandai dengan rasa tidak enak, cemas karena mengetahui bahwa pola-pola perilakunya selama ini tidak memuaskan dan sementara itu individu belum menemukan pola baru yang lebih efektif.

Kesadaran baru yang didapat dalam  roleplay  akan mengubah perilaku. Perubahan akan dibarengi dengan mengembangkan kesadaran baru  kearah pengertian dan pemahaman terhadap situasi masalah yang dihadapi. Individu baru dapat mencobakan perilaku baru dalam situasi yang aman. Dalam roleplay individu sering menerima ide baru yang menakjubkan dari anggota kelompok lain mengenai bagaimana orang lain akan mereaksi terhadap perilaku yang baru, sehingga ia segera dapat membuat rencana untuk menghindari hasil yang negatif.

Perubahan perilaku dapat dibuktikan setelah dilaksanakan dalam hidup keseharian. Mereka yang memerankan peran yang sama dalam  roleplay dengan perannya dalam kehidupan sehari-hari akan mengalami perubahan perilaku secara lebih efektif dibandingkan dengan individu yang hanya menjadi penonton. Misalnya individu berperan sebagai peserta didik dalam  roleplay  dan sebagai peserta didikdalam kehidupan keseharian, akan mengalami perubahan perilaku yang lebih baik, dibandingkan ketika hanya sebagai penonton. Perubahan kearah pola perilaku yang lebih efektif ini mendapat dukungan dari kelompok karena mereka mengetahui mengapa perilaku itu harus diubah dan bagaimana proses perubahan itu terjadi. Dukungan kelompok sangat besar artinya bagi individu yang bersangkutan karena ia akan merasa aman dalam melaksanakan pola perilaku yang baru.

Roleplay  adalah salah satu metode pelatihan peran, dimana calon pemeran mulai diperkenalkan pada peran yang hendak dimainkan. Peran yang hendak dimainkan ini masih berkisar pada kehidupan nyata disekitar calon pemeran, dalam artian peran itu mudah dikenali oleh calon pemeran. Sebagai sebuah metode, maka memerlukan langkah-langkah dalam melaksanakan metode tersebut. Langkah-langkah itu terdiri dari:
  1. Menentukan masalah yang hendak dimainkan, Pembimbing mengemukakan masalah yang akan dimainkan dan membuka tanya jawab untuk memperjelas masalah dan tujuan kegiatan. Masalah yang hendak dimainkan didiskusikan secara detail agar terpahami oleh pemain. Penjelasan diarahkan kepada penjelasan masalah dan bukan bagaimana pemain memainkan perannya. Jadi pemain dipersilahkan memainkan peran secara bebas. Dalam diskusi menentukan masalah, juga dibahas tentang tokoh-tokoh yang terlibat dalam masalah, situasi yang melingkupi masalah dan dimana masalah terjadi. Ketika semua yang melingkupi masalah sudah teridentifikasi, maka langkah selanjutnya adalah menentukan siapa yang memainkan peran.
  2. Memilih pemeran , Pemain dan pembimbing mulai mencari gambaran karakter peran yang hendak dimainkan. Setelah didapat gambaran karakter peran dalam masalah, kemudian menentukan pemain dengan cara ditawarkan kepada pemain. Penawaran peran kepada pemain berfungsi untuk mendapat sudut pandang dan interpretasi pemain terhadap peran yang hendak dimainkan. Interpretasi peran pasti berbeda antar pemain sesuai dengan pengalaman kehidupannya. Dengan beragamnya pengalaman kehidupan pemain inilah, maka penyelesaian masalah yang hendak dimainkan akan beragam. 
  3. Menyusun skenario, Inti masalah dan pemain telah ditentukan melalui diskusi dan permasalahan telah dipahami oleh pemain. Langkah selanjutnya adalah menyusun skenario, bagaimana para pemain beraksi. Susunan skenario tidak boleh menyimpang dari inti atau pokok masalah yang dihadapi dan hanya berisi gambaran garis besar. Pada tahap ini pembimbing dapat membantu menyusun skenario dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan sederhana mengenai hal-hal yang berkaitan dengan peran tersebut. Misalnya peran yang hendak dimainkan memiliki status sosial yang seperti apa, bagaimana karakternya (pemarah, mudah tersinggung, pemalu, suka menghina atau sensitif sehingga terkesan cengeng). Setelah semua terkumpul dan teridentifikasi, disusunlah skenario sederhana bagaimana jalannya cerita tersebut. Penyusunan skenario harus mempertimbangkan konflik yang terjadi antar peran yang ada dalam masalah tersebut. 
  4. Menyiapkan penonton sebagai pengamat, Skenario yang telah disusun kemudian dipelajari oleh calon pemain agar terpahami inti atau pokok masalahnya. Sementara calon pemain mempelajari masalah, pembimbing menyiapkan penonton sebagai pengamat. Fungsi pengamat sebagai pemberi komentar atau bisa juga sebagai evaluator permainan. Evaluasi menyangkut pemecahan masalah, cara pemain dalam memainkan peran yang ada di skenario, proses kerjasama antar pemain dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi dan  hal-halyang berhubungan dengan roleplay . 
  5. Memainkan roleplay, Setelah semua siap, langkah selanjutnya adalah memainkan skenario yang telah disusun. Pembimbing membiarkan pemain untuk mengekspresikan dirinya dalam menyelesaikan masalah yang ada dalam skenario tadi. Pemain bermain sesuai karakter peran yang telah disepakati dan alur cerita yang ada  diskenario. Apabila ada pemain yang kurang paham terhadap skenario atau karakter peran yang dimainkan, maka pembimbing boleh menyuruh memainkan ulang. Tujuan mengulang permainan adalah agar pemain bermain sesuai dengan alur yang digariskan diskenario dan berperan sesuai dengan karakter peran yang menjadi gambaran karakter yang telah diajukan. Ketika permainan sesuai dengan alur yang digariskan dan berperan sesuai dengan peran yang dimainkan maka peran tersebut dapat diselidiki dan dianalisis. 
  6. Melakukan diskusi dan evaluasi, Ketika permainan usai, maka dilakukan diskusi dan evaluasi terhadap permaian tersebut. Dalam diskusi dan evalusi, pembimbing mengajukan pertanyaan yang merangsang peserta untuk berfikir kritis demi sempurnanya permainan. Rangsangan pertanyaan akan membuat peserta kreatif dan mengkaji ulang terhadap peran yang dimainkan. Peserta akan menciptakan ulang karakter peran dan membuat alternatif-alternatif kemungkinan yang lain dari hasil masukan peserta diskusi. Pengamat dalam hal ini penonton sebagai pihak yang tidak merasakan permainan akan memiliki pemikiran lain terhadap peran yang dimainkan. Penonton memiliki sudut pandang berbeda dalam memainkan peran dan menyelesain masalah yang telah disepakati. Pemikiran penonton sebagai bahan alternatif untuk penciptaan baru. Dengan demikian permainan akan sangat beragam dan akan mendapatkan jawaban yang beragam dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. 
  7. Memainkan ulang, Setelah mendapatkan masukan dari berbagai pihak, permainan diulang kembali dengan mempertimbangkan saran pengamat atau penonton. Permainan ulang diharapkan mendekati sempurna karena telah mendapat saran dan kritik yang membangun. Dengan mendapatkan masukan maka alur cerita pasti mengalami perubahan, menuju kebaikan. Permainan peran juga akan mengalami perubahan, tetapi perubahan menuju kesempurnaan bermain. Permainan ulang harus mempertimbangkan masukan dari pengamat atau penonton dan pembimbing latihan. 
  8. Berbagi pengalaman dan menarik kesimpulan, Pemain harus mempu menceritakan pengalaman bermain dalam  roleplay  setelah permainan selesai. Pengalaman tersebut dibagikan kepada penonton sebagai satu pengalaman kreatif. Penonton yang mengetahui pengalaman kreatif akan merasa tertantang untuk ikut bermain. Dari pengalaman ini  bisa diambil kesimpulan bagaimana memainkan karakter tertentu dengan baik. Permasalah yang sebelum  roleplay  belum diketahui, maka pada akhir cerita akan mendapatkan jawaban pemecahan. Dari  kesimpulan yang didapat, diharapkan dapat merubah pola perilaku baru. Perubahan pola perilaku baru, maksudnya setelah ada kesadaran akan kebutuhan untuk mengubah perilakunya, individu harus dapat mengembangkan kesadaran ke arah pengertian dan pemahaman terhadap situasi masalah yang dihadapi. Pemahaman terhadap masalah yang dihadapi terbantu dengan jalan memerankan situasi itu dalam sebuah permainan peran. Individu dapat mencobakan perilaku baru dalam situasi yang aman. Di dalam situasi bermain peran, individu sering menerima ide baru yang menakjubkan dari anggota kelompok lain mengenai bagaimana orang lain akan mereaksi terhadap perilaku baru, sehingga ia segera dapat membuat rencana untuk menghindari hasil negatif.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »