Bentuk dari Roleplay

Bentuk  roleplay  dapat digolongkan menjadi tiga besaran, yaitu status, peran dan konteks.  Roleplay  status adalah  roleplay berdasarkan status peran yang dimainkan atau posisi peran yangdimainkan.  Roleplay  peran adalah  roleplay  yang memainkan perandalam suatu cerita atau fungsi dari peran yang dimainkan tersebut.Roleplay  konteks adalah  roleplay  yang memainkan cerita atau peransesuai dengan konteksnya.

a. Status

    Status adalah keadaan atau kedudukan seseorang atau badan dalam hubungan dengan masyarakat. Status seseorang adalah label, kondisi, situasi dan keadaan yang disandang sebagai pembentuk dari jati diri. Manusia adalah makluk sosial dan makluk individual, sebagai makluk individual manusia membawa status sejak lahir (status yang dibawa sejak lahir), misalnya jenis kelamin, ras, kasta, golongan, keturunan, suku, usia dan lain sebagainya (status ascribed). Sedang status sosial adalah status seseorang yang berhubungan dengan  achieved status  dan  assigned status. Achieved status  adalah status sosial yang didapat seseorang karena kerja keras dan usaha yang dilakukan, misalnya kepemilikikan harta kekayaan, tingkat pendidikan, pekerjaan dan lain-lain. Assigned status  adalah status sosial yang diperoleh seseorang di lingkungan masyarakat yang bukan didapat sejak lahirtetapi diberikan karena usaha dan kepercayaan masyarakat,misalnya seseorang yang jadikan kepala suku, ketua adat, sesepuhdan sebagainya.

Roleplay  status adalah  roleplay  yang memainkan karakter peran sesuai dengan statusnya. Peran adalah tokoh yang memiliki hidup dan kehidupan di dunia lakon. Dengan memiliki kehidupan, maka peran sebenarnya memiliki dan menyandang statusnya, baik status ascribed, status  achivedmaupun status  assigned. Memainkan status ascribedsama dengan memainkan diri sendiri dalam  roleplay, sedang memainkan status  achived dan status assigned sama dengan memainkan status yang disandang oleh status karakter tokoh peran.

Roleplay  status yang pertama dilakukan oleh pemeran adalah roleplay yang memainkan diri sendiri atau same. Permainan roleplay  hanya memainkan karakter yang ada  padadiri sendiri, kondisi diri sendiri, dan status masyarakat diri sendiri. Roleplay status lebih mudah dan sangat mudah, karena tidak memainkan orang lain. Dalam permainan roleplay  -nya tidak mencari gambaran orang lain, karena gambaran itu ada dalam dirinya sendiri. Misalnya memainkan karakter sebagai si “a” maka yang dimainkan adalah “a” sebagai anak, sebagai pelajar SMK jurusan teater, sebagai peserta didikatau apapun yang ada dalam diri sendiri. Setelah bisa memainkan diri sendiri, baru ditingkatkan dengan memainkan orang lain atau bermain sesuai dengan orang lain yang dimainkan.

Roleplay  status yang kedua adalah  roleplay  yang memainkan karakter peran yang ada disekitar kita atau yang kita saksikan keseharian.  Roleplay  ini melatih dalam memainkan karakter peran yang beda dengan dengan diri sendiri. Perhatikan siapa saja yang ada disekitar lingkungan, bisa guru, teman, pegawai administrasi, penjual atau tukang yang ada. Status tadi kemudian deskripsikan dan rekam, bagaimana tingkah laku, cara bicara,  dan  pemikirannya, kemudian tirukan status. Misalnya amati seorang guru, kemudian deskripsikan dan buatlah gambaran guru tersebut, kemudian tirukan. Lakukan pada status-status peran yang lain (orang kaya, miskin, tukang becak, kuli batu, tukang bangunan, lurah, polisi, tentara, dokter dan lain-lain).

b. Peran

    Peran adalah karakter tokoh yang dimainkan dalam permainan teater atau peran juga bisa diartikan sebagai fungsi dari kedudukan seseorang dalam suatu peristiwa. Karakter tokoh yang ada dalam lakon adalah wakil masyarakat yang ada dalam kehidupan. Karakter tokoh memiliki kehidupan, karena karakter itu diambil oleh penulis lakon dari kehidupan nyata. Bayangan karakter tokoh yang hendak dituliskan dalam lakon itu adalah karakter yang hidup dalam kehidupan nyata. Ada juga karakter tokoh juga hasil dari rekontruksi psikologis penulis lakon, tetapi tetap saja karakter adalah hasil dari sekumpulan karakter yang ada dalam kehidupan nyata.

Peran juga bisa diartikan sebagai fungsi, maksudnya sebagai fungsi dari sesuatu yang lain. Karakter peran akan berfungsi bila  padasuatu masalah tertentu mengambil peran tertentu. Misalnya peserta didik baru ada ketika dalam kondisi dan situasi sekolah atau tempat dan lingkungan belajar. Peran guru baru ada bila dalam masyarakat, guru tersebut didudukan  pada posisi guru atau sumber pengetahuan. Peran akan terlihat dan berfungsi jika peran tersebut difungsikan atau diberi perhatian khusus dalam masyarakat tertentu, dan peran-peran ini yang akan dimainkan padapermainan teater.

Roleplay  peran adalah  roleplay  yang memainkan peran yang ada dalam masyarakat. Peran tersebut bisa peran diri sendiri, maupun peran orang lain. Peran disini bisa tokoh yang dimainkan atau fungsi dari peran tersebut sebagai apa. Peran-peran yang ada dalam sebuah cerita diidentifikasikan, kemudian dimainkan sesuai dengan peran dan fungsinya.  Roleplayini melatih calon pemeran untuk terbiasa dalam memainkan peran-peran yang berbeda. Roleplayperan ini juga berfungsi untuk melatih calon pemeran untuk memahami dialog yang diucapkan oleh peran yang dimainkan sehingga peran tersebut hidup. Dengan terbiasa memainkan  roleplayperan ini, maka jiwa pemeran akan lebih fleksibel ketika harus memain peran.

c. Konteks

    Konteks adalah kondisi dimana suatu keadaan terjadi. Ada beberapa jenis konteks, yaitu: konteks fisik adalah konteks yang meliputi ruang, objek nyata, pemandangan dan lainnya yang bersifat fisik. Konteks menurut menurut faktor sosio-psikologis adalah konteks yang menyangkut faktor-faktor seperti status orang yang terlibat dalam hubungan komunikasi, peran mereka, dan tingkat kesungguhan. Menurut dimensi waktu, konteks meliputi hari dan rentetan peristiwa yang dirasakan terjadi sebelum peristiwa komunikasi. Konteks berhubungan dengan situasi, latar belakang, lingkungan, dan kondisi dari suatu peristiwa.

Roleplay konteks adalah roleplay yang disesuaikan dengan keadaan atau kondisi dimana  roleplay  terjadi. Sedangkan bagi seorang pemeran,  roleplay  konteks berarti memainkan peran sesuai dengan status peran, peran (fungsi peran) dari peran yang dimainkan dalam  roleplay  tersebut.  Roleplay  konteks ini akan melatih calon pemeran untuk bermain sesuai dengan situasi yang dihadapi. Situasi ini akan menghidupkan peran yang dimainkan dan bisa merasakan jiwa peran pada situasi tertentu. Misalnya berperan pada situasi perang, maka harus bisa merasakan situasi perang tersebut dalam memerankan perang, sehingga peran tersebut hidup dan bisa dirasakan oleh penonton.

Roleplaykonteks juga sebagai media latihan kerjasama dengan pemeran lain dalam suatu situasi yang sama yang hendak dibangun. Situasi atau suasana cerita tidak hanya diciptakan oleh penulis lakon, tapi juga bisa diciptakan oleh pemeran yang bekerjasama dengan unsur lain. Suasana cerita juga bisa diciptakan oleh kerjasama antar peran dan roleplaybisa digunakan sebagai media latihan tersebut. Kunci utama adalah pemahaman terhadap konteks peran tersebut dimainkan dan pemahaman terhadap pemeran lain yang membentuk suasana permainan.

d. Menulis cerita

    Menulis cerita adalah langkah awal untuk memainkan roleplayberbasis teks. Langkah penulisan teks cerita tidak seperti langkah kerja seorang penulis lakon atau sastrawan, yang memerlukan waktu berhari-hari untuk penelitian ketika hendak menulis teks lakon. Menulis teks pada topik ini adalah diawali dengan menentukan gagasan cerita, menulis kerangka cerita, membuat latar cerita, menentukan karakter peran, dan meramu menjadi satu dalam karya tulis cerita lakon yang siap dimainkan.
  1.  Gagasan cerit, Gagasan cerita adalah ide cerita yang menjadi dasarcerita yang hendak dituliskan. Banyak yang menyebutkan bahwa ide atau gagasan sebagai tema. Ide cerita bisa darimana saja dan kapanpun bisa muncul  dipikiran penulis cerita. Ide cerita atau gagasan cerita tidak perlu dicari kemana-mana, ide cerita banyak tersebar di lingkungan, asal kita bisa menangkap dan mengolah. Metode atau cara yang dilakukan untuk mendapatkan ide atau gagasan cerita adalah dengan mengamati semua hal yang ada disekitar kita. Proses pengamatan akan memunculkan kesadaran dalam diri dan pikiran kita. Misalnya, sekali waktu kita melihat atau menyaksikan seekor kucing yang sedang mencari makan di tong sampah. Setelah kita amati dengan seksama, ternyata kaki kucing tersebut hanya tiga. Dengan melihat kejanggalan tersebut, kita akan bertanya kenapa kakinya hanya tiga, bagaimana sampai kaki kucing hanya tiga. Proses berfikir dan mempertanyakan kejanggalan akan melahirkan ide atau gagasan cerita. Ketika ide atau gagasan sudah didapatkan, maka harus segera dituliskan dan  ditentukan tujuan akhir dari gagasan cerita tersebut. Jadi ide atau gagasan cerita tidak hanya didapat dari kehidupan manusia, tetapi bisa dari kehidupan binatang, tumbuhan atau apapun yang ada disekitar kita. Yang dibutuhkan hanya kesadaran dan sikap kritis mempertanyakan keadaan. Pertanyaan itu didasari oleh sebab akibat dan ini yang akan menjalankan cerita kita. Misalnya kenapa kucing itu kakinya hanya tiga? Mungkin karena disiksa orang, atau karena tertabrak kendaraan dan ini adalah sebagai penyebabnya. Akibatnya adalah kucing itu merana, kucing itu dibuang oleh pemiliknya dan hidup dari mencari makan  ditong sampah. Ide atau gagasan bisa juga didapat dari membaca cerita orang lain. Ide atau gagasan boleh dari orang lain, tetapi cerita besarnya harus disusun sendiri. Kalau hanya ide atau gagasan dari orang lain  itu diperbolehkan dan ini dinamakan versi, tetapi jika menjiplak secara utuh dan hanya mengganti nama peran yang ada, ini namanya plagiat.
  2. Kerangka cerit, Kerangka cerita diumpamanak seperti tulang rangka manusia, yang memberi bentuk atau wujud cerita yang sedang ditulis. Kerangka cerita bisa difungsikan sebagai batas agar cerita yang ditulis tidak melebar kemana-mana. Ada sebagian orang menyebut kerangka cerita sebagai plot, karena terdiri dari peristiwa yang sedang berlangsung dalam cerita. Peristiwa yang terjadi dalam cerita akan membuat suatu rangkaian peristiwa dan menjalankan gerak cerita sampai akhir cerita. Peristiwa dalam cerita terjadi karena sebab akibat. Peristiwa yang satu adalah akibat atau sebab dari pertistiwa yang lain. Kerangka cerita yang paling sederhana hanya terdiri dari pemaparan, konflik, dan penyelesaian atau awal, tengah dan akhir. Pemaparan atau awal, hanya berisi penjelasan atau perkenalan peran yang ada dalam cerita, lokasi atau tempat kejadian peristiwa,  danwaktu peristiwa berlangsung. Bagian awal atau pemaparan terkadang sudah memunculkan masalah yang dihadapi oleh peran yang ada, dan bagaimana mencari cara menyelesaikan masalah tersebut. Bagian tengah atau konflik berisi kejadian yang saling terkait dan menjadi masalah pokok yang disodorkan pada penonton. Masalah membutuhkan penyelesaian atau jawaban untuk menyelesaikannya. Peristiwa pada bagian tengah harus dibuat semenarik mungkin sehingga membentuk jalinan peristiwa yang indah. Pada bagian ini juga terjadi rintangan yang harus dihadapi dan diselesaikan oleh peran protagonis serta perlawanan yang dilakukan oleh peran antagonis. Keinginan peran protagonis dihalang bahkan digagalkan oleh peran antagonis. Saling menyerang dan menghalangi antar peran inilah yang menarik pada bagian tengah atau konflik. Bagian akhir cerita berisi penyelesaian cerita, dimana semua pertanyaan dan masalah menemukan jawaban dan penyelesaian. Pertanyaan penonton terhadap jalannya cerita juga terjawab dan penonton diharapkan mendapat pelajaran dan pencerahan dari cerita yang disajikan. Pada bagian akhir tidak perlu disimpulkan atau diinformasikan penyelesaian cerita kepada penonton. Biarkan saja penonton mendapatkan jawaban sendiri dan merenungkan apa yang sudah dilihat dan didengar.
  3. Latar cerit,  Menuliskan latar cerita adalah menuliskan situasi tempat kejadian, gambaran tempat kejadian, dan waktu terjadinya peristiwa.  Situasi, tempat, dan waktu yang menjadi latar cerita bisa hasil imajinasi, tetapi bisa juga hasil observasi dan eksplorasi kehidupan keseharian. Observasi dilakuan dengan mengamati sebuah lingkungan keseharian yang bisa mendukung hasil rancangan. Hasil pengamatan kemudian ditulis secara detail sesuai dengan apa yang dilihat, didengar, dirasakan, dan dibaui. Proses observasi sekaligus mengeksplorasi tempat. Tempat itu bisa tempat sepi, ramai, bising, situasi yang sibuk, mencekam, kotor dan bau. Semua hasil observasi dan eksplorasi dicatat dan bisa menjadi bahan latar cerita. Pengambaran latar cerita akan berbeda setiap orang, karena sudut pandang yang digunakan juga berbeda. Selain itu juga sangat dipengaruhi oleh kepekaan atau sensitifitas jiwa penulis. Misalnya ketika mengamati sebuah taman sudut kota, orang bisa menuliskan segala apa yang dilihat, apa yang didengar dan apa yang dibaui. Tetapi bagi sebagian orang lain, mungkin bisa menuliskan apa yang dirasakan, dan itu akan mempengaruhi hasil pengamatan. Untuk mempersiapkan latar cerita, maka tuliskan dan deskripsikan sebanyak mungkin hasil pengamatan dan eksplorasi dari beberapa tempat. Jangan hanya menuliskan suasana dan tempat dalam satu kata, karena akan memunculkan tafsir yang berbeda.
  4. Karakter pera, Peran adalah makluk hidup yang memiliki hidup dan kehidupan  didunia lakon hasil imajinasi penulis. Peran harus hidup, dalam artian memiliki dimensi kehidupan atau memiliki karakter. Karakter bisa jahat, baik, bodoh, jenius, kaya, miskin, dan lain-lain. Tugas seorang penulis lakon adalah mendiskripsi secara ringkas peran. Karena peran itu hidup, maka perlu dijelaskan identitas dari peran tersebut, misalnya nama, umur, jenis kelamin, bentuk fisik, jabatan dan sisi kejiwaan. Hal ini penting sebagai gambaran awal bagi seorang calon pemeran ketika hendak memainkan peran tersebut. Penulis lakon harus melakukan observasi untuk mencari gambaran peran yang hendak ditulis, baik dari kehidupankeseharian atau yang ada di lingkungan  ataudari kenangan yang pernah dialami. Lakukan observasi dan tulis secara detail peran tersebut. Susun semua peran dalam satu susunan peran yang akan mengisi kehidupan dunia lakon. Detail yang harus dideskripsikan ialah ada dan bagaimana tokoh mengenakan pakaian, bagaimana profil kepribadian tokoh dengan mengacu kepada sejarah singkat kehidupannya. Langkah selanjutnya adalah meletakan peran yang telah ditulis ke dalam latar cerita yang telah dibuat. Peran ditulis secara sederhana dengan kegiatan spesifik, misalnya seorang bapak sebagai guru yang dibenci peserta didiknya. Penjelasan yang lebih detail bisa dimasukkan dalam dialog yang akan diucapkan oleh peran yang ada dalam lakon tersebut.m peran menjadi hidup, dengan membuatnya bicara atau beraksi. Membuat peran bicara bisa dilakukan dengan mempertemukan dua peran atau lebih dalam suatu suasana dan masalah yang telah dirancang. Buatlah konflik antar peran dan konflik itu bisa sederhana, tapi bisa juga konflik yang rumit. Konflik sederhana bisa karena adanya kesalahpahaman yang berakhir dengan kerumitan dan penyelesaian. Peran bisa hidup karena penulis menciptakan rintangan  terhadap keinginan peran. Dengan adanya rintangan, peran tersebut akan menciptakan dan mencari taktik yang dirasakan kongkret bisa dilakukan, juga akan menciptakan dialog yang wajar.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »