Pada umumnya ayam buras dipelihara secara tradisional (ekstensif). Ayam dilepas pada pagi hari dan akan kembali pada sore atau malam hari, tanpa disediakan makan dan minum oleh peternak, dan ada juga
yang semi intensif. Dikarenakan pemeliharaan sistem tradisional, produksi telur ayam buras sangat rendah, ± 60 butir/ekor/tahun. Berat badan pejantan tidak lebih dari 1,9 kg dan betina ± 1,2 –1,5 kg, maka perlu pemeliharaan ayam buras ini diintensifkan. Pemeliharaan yang intensif pada ayam buras, dapat meningkatkan produksi telur dan daging, dapat mencegah wabah penyakit dan memudahkan tatalaksana pemeliharaan.
Perkembangbiakan ayam buras pada umumnya dikembangkan melalui sistem perkawinan secara alami. Dengan sistem perkawinan secara alami, efisiensi teknik produksi rendah dan berpeluang terjadinya inbreeding cukup tinggi. Jika hal ini terjadi, akan berdampak terhadap penurunan kemampuan produksi, yaitu pertumbuhan lambat, produksi telur menurun dan akan lebih menurun lagi pada generasi berikutnya, serta dihawatirkan melahirkan generasi yang letal.
Inseminasi buatan (IB) merupakan salah satu teknologi yang diharapkan dapat meningkatkan mutu genetik sehingga mampu memperbaiki produktifitas ayam kampung. Teknologi ini relatif sederhana dan mudah dilakukan oleh peternak dimanapun juga. Peralatan yang digunakan mudah diperoleh dan harganyapun tidak mahal sehingga terjangkau oleh para peternak di kampung-kampung. Penerapan teknologi inseminasi buatan pada unggas ini sangat menguntungkan karena produksi ayam kampung akan lebih meningkat dari pada dengan sistem perkawinan alam. Dengan sistem ini kita dapat memprogramkan pengadaan bibit dan DOC (day old chick) atau anak ayam umur 0 hari dalam jumlah yang banyak dengan umur yang sama dalam waktu yang relatif pendek.
Untuk meningkatkan potensi genetik ayam buras agar berproduksi lebih optimal, telah banyak dicoba oleh para peternak diantaranya dengan cara menyilangkan dengan jenis ayam yang lain yang mempunyai kelebihan-kelebihan tertentu. Upaya yang dilakukan masih menggunakan cara kawin alami, sehingga hasilnya belum memuaskan. Beberapa tahun belakangan ini telah dikembangkan metoda inseminasi buatan pada unggas yang mampu meningkatkan hasil yang diinginkan peternak.
Inseminasi buatan (IB) merupakan rekayasa teknik mengawinkan ternak secara buatan dengan menyuntikkan semen yang telah diencerkan dengan pengencer tertentu kedalam saluran reproduksi betina yang sedang birahi. Teknologi inseminasi buatan pada ayam buras merupakan perakitan beberapa teknologi, yaitu teknologi penampungan semen, teknologi pengenceran semen dan penanganannya, serta teknologi fertilisasi atau pembuahan.Inseminasi buatan pada ayam buras sebenarnya cukup sederhana, akan tetapi dapat meningkatkan produktifitas terutama dalam penyediaan bibit ayam buras yang cukup signifikan. Dikatakan sederhana karena :
a) Dapat dilakukan/dikerjakan dengan mudah oleh para peternak,
b) Peralatan IB relatif sederhana, mudah diperoleh, harganya murah, dapat digunakan berulang-ulang,
c) Tidak memerlukan tempat yang khusus (laboratorium).
Keuntungan/kelebihan menggunakan teknologi inseminasi pada ayam
buras antara lain adalah :
a) Dapat memacu program rekayasa genetika, peningkatan produksi, pengadaan bibit unggul, penurunan inbreedingpada populasi generasi hasil IB,
b) Keberhasilan/fertilitas lebih tinggi dari pada kawin alami,
c) Memungkinkan dilakukannya pengaturan manajemen yang terarah dalam produksi telur konsumsi maupun telur bibit ayam dalam waktu tertentu.
Sebelum melakukan penyadapan semen, terlebih dahulu persiapkan peralatan yang dibutuhkan. Peralatan yang diperlukan dalam inseminasi pada ayam buras harus dalam keadaan steril. Adapun peralatannya adalah sebagai berikut :
a) Gun IB (syringe spuite) ukuran 1 ml.
b) Tabung (tube) plasma darah 2 ml untuk menampung semen.
c) Termos kecil kapasitas 1-2 lt untuk menyimpan tabung kaca yang berisi semen agar umur sperma bisa tahan lebih lama.
d) Objek gelas kecil untuk mencampur/pengenceran sperma.
e) Tisu gulung.
f) Gunting kecil.
g) Pengencer semen (cairan infus) dan telur.
Penampungan semen dilakukan oleh dua orang. Satu orang memegang ayam jantan, dan yang seorang lagi melakukan pengambilan semen. Penampungan semen sebaiknya dilakukan sebelum ayam diberi makan, agar semen tidak tercampur dengan kotoran pada saat pemerahan. Penampungan semen dapat dilakukan dengan cara pengurutan (massage) pada bagian punggung ayam jantan, dimulai dari pangkal leher terus kepunggung hingga pangkal ekor. Pengurutan ini dilakukan berulang kali sehingga ayam pejantan menunjukkan ereksi maksimal (terangsang). Hal ini ditandai dengan merenggangnya bulu ekor keatas dan penis mencuat keluar dari permukaan kloaka dan mengeluarkan cairan bening. Cairan bening ini harus di bersihkan jangan sampai bercampur dengan semen karena akan mengakibatkan koagulasi (penggumpalan) sperma.
| |
Gambar 29. Penyadapan semen ayam |
2) Teknik Inseminasi buatan pada ayam buras
Perkawinan dengan sistem inseminasi buatan pada ayam buras biasanya dilakukan untuk ayam-ayam yang dipelihara secara intensif dalam kandang baterai/cage baik untuk ayam jantan, maupun ayam betinanya. Hal ini bertujuan untuk memudahkan penangkapan ayam yang akan diinseminasi, dan untuk memudahkan mengetahui apakah ayam betina yang kita pelihara itu potensial atau tidak (bertelur atau tidak), sehingga mudah untuk menentukan ayam yang mana yang harus diafkir atau tidak. Selain itu agar ayam betina tidak kawin dengan sembarang pejantan lain, sehingga upaya menjaga keberhasilan dalam perkawinan silang akan berhasil dengan baik.
Persiapan Calon Induk
Untuk calon induk jantan, hendaknya dipilih yang mempunyai penampilan baik dengan bentuk tubuh ideal seperti ukuran tubuh, warna bulu, tidak cacat genetik. Untuk keperluan produksi, hendaknya dipertimbangkan tujuan yang akan dicapai dari inseminasi buatan tersebut apakah untuk menghasilkan keturunan ayam sebagai ayam yang memproduksi telur, daging, dwiguna (telur dan daging), atau yang bertujuan untuk aduan, dan ayam hias. Dengan demikian kita akan mudah menentukan calon ayam pejantan yang akan kita siapkan. Pilihlah ayam pejantan yang telah berumur 10 -12 bulan dan memiliki libido seksual yang tinggi, yaitu pejantan yang mempunyai keinginan secara aktif untuk mengawini ayam betina. Hal ini menandakan bahwa ayam tersebut sebagai penghasil semen yang banyak.
Gambar 30. Calon induk jantan |
Gambar 31. Calon induk betina |
Penyadapan Semen
Sebelum melakukan penyadapan semen, terlebih dahulu persiapkan peralatan yang dibutuhkan. Peralatan yang diperlukan dalam inseminasi pada ayam buras harus dalam keadaan steril. Adapun peralatannya adalah sebagai berikut :
a) Gun IB (syringe spuite) ukuran 1 ml.
b) Tabung (tube) plasma darah 2 ml untuk menampung semen.
c) Termos kecil kapasitas 1-2 lt untuk menyimpan tabung kaca yang berisi semen agar umur sperma bisa tahan lebih lama.
d) Objek gelas kecil untuk mencampur/pengenceran sperma.
e) Tisu gulung.
f) Gunting kecil.
g) Pengencer semen (cairan infus) dan telur.
Penampungan semen dilakukan oleh dua orang. Satu orang memegang ayam jantan, dan yang seorang lagi melakukan pengambilan semen. Penampungan semen sebaiknya dilakukan sebelum ayam diberi makan, agar semen tidak tercampur dengan kotoran pada saat pemerahan. Penampungan semen dapat dilakukan dengan cara pengurutan (massage) pada bagian punggung ayam jantan, dimulai dari pangkal leher terus kepunggung hingga pangkal ekor. Pengurutan ini dilakukan berulang kali sehingga ayam pejantan menunjukkan ereksi maksimal (terangsang). Hal ini ditandai dengan merenggangnya bulu ekor keatas dan penis mencuat keluar dari permukaan kloaka dan mengeluarkan cairan bening. Cairan bening ini harus di bersihkan jangan sampai bercampur dengan semen karean akan mengakibatkan koagulasi (penggumpalan) sperma.
Gambar 32. Bulu disekitar kloaka dibersihkan (digunting) |
Gambar 33. Penyadapan semen Ayam |